Halaman

Minggu, 19 Januari 2025

Link materi relevan

link teman

tiara

alifia

elva

elsa

airin

anna

keyla

calista

noreen

caca

isnaini

marcell

desta

keisha

citra

thalia

michie

surya

faiz

zuhdy

Minggu, 12 Januari 2025

GAMBANG (DKI JAKARTA)

 


Gambang adalah alat musik tradisional yang dimainkan dengan cara dipukul. Terbuat dari bambu, Gambang terdiri dari 18 bilah bambu. Jika membandingkannya dengan alat musik modern, Gambang sangat mirip dengan Xylophone. 

Mulai dari bentuk dan cara memainkannya. Alat musik Gambang merupakan salah satu alat musik utama dalam kesenian Gambang Kromong. Kesenian gambang Kromong sendiri merupakan orkes yang sangat unik. Karena alat musiknya merupakan paduan dari beberapa budaya.

Ada alat musik dari Jawa, yaitu gamelan. Lalu dipadukan dengan berbagai alat musik yang asli berasal dari Tionghoa, seperti kongahyan, sukong, dan tehyan. Selain yang terbuat dari bambu, ada pula Gambang jenis lainnya, yaitu gambang Kayu dan Gambang Gangsa.


1. Gambang Kayu

Gambang kayu pada umumnya terbuat dari kayu jati. Batang-batang itu kemudian dipasang di dalam kotak kayu. Sebuah gambang biasanya memiliki 17 sampai 21 kunci. Bilah-bilah kayu ini bisa dapat dengan mudah dilepas dan disimpan. Gambang merupakan salah satu bagian dari gamelan. Gamelan yang yang lengkap biasanya terdiri dari 2 jenis Gambang, yaitu Gambang Slendro dan Gambang Pelog. 

Karena merupakan alat musik perkusi atau alat musik pukul, Gambang tentunya dilengkapi dengan pemukul. Bentuk pemukulnya tipis dan panjang, biasanya terbuat dari tanduk kerbau. Gambang Kayu dan Gambang yang terbuat dari bambu tidak memerlukan alat peredam. Berbeda dengan alat gamelan lainnya yang terbuat dari logam, Gambang Kayu tidak menimbulkan suara berdering saat dipukul. 

Gambang biasanya digunakan untuk mengiringi wayang Jawa. Alunan suaranya akan mengiringi lantunan suara dalang. Gamelan Bali juga menggunakan Gambang Kayu. Alat musik ini dimainkan dengan kecepatan yang tinggi, sehingga cukup menonjol di antara alat musik gamelan lainnya. 


2. Gambang Gangsa

Satu jenis Gambang lainnya adalah Gambang Gangsa yang konstruksinya serupa dengan jenis Gambang yang lain. Pada umumnya, Gambang Gangsa memiliki kunci yang lebih sedikit. Kalau Gambang kayu dan bambu punya 17 sampai 21 kunci, Gambang Gangsa biasanya punya 15 kunci. Inilah yang membuat ukuran Gambang Gangsa sedikit lebih kecil dibandingkan alat musik Gambang lainnya. 

Ada yang berpendapat bahwa gambang Gangsa merupakan cikal bakal alat musik Saron. Tetapi dari salah satu relief di Candi Borobudur yang berasal dari abad ke-9 membuktikan bahwa kedua instrumen ini berasal dari waktu yang sama. Bahkan kemungkinan Saron dibuat lebih dulu. 

Di awal abad ke-19, Gambang Gangsa digunakan dalam Gamelan Jawa lengkap sebagai salah satu alat musik yang mengelaborasi. Informasi ini didapatkan dari berbagai tulisan mengenai Gamelan Jawa. Kemudian di tahun 1890-an, Gambang Gangsa berfungsi sebagai pengganti Saron. 

Penggunaan Gambang Gangsa hanya digunakan pada nada-nada tertentu saja, sehingga tidak terlalu sering digunakan dalam keseluruhan penampilan Gamelan Jawa lengkap. 


3. Gambang Kromong dan Pelestariannya

Gambang Kromong merupakan seni musik yang sangat terkenal di Betawi. Salah satu alasannya karena lagu yang dibawakan biasanya bertema humor sehingga membuat pendengarnya gembira. Bahkan tak sedikit lagu yang merupakan sindiran atau ejekan. 

Penyanyi gambang Kromong biasanya laki-laki dan perempuan yang akan bernyanyi secara bergantian. Dulunya Gambang Kromong dibawakan oleh masyarakat Betawi yang merupakan keturunan Tionghoa. Tapi dalam perkembangannya, siapa saja bisa mempelajarinya, tidak harus yang memiliki darah Tionghoa saja. 




SUMBER:


 

RENDING (JAWA TIMUR)



 Rending merupakan salah satu alat musik masyarakat Madura yang sangat sederhana bentuknya. Terbuat dari silatan (kulit) bambu dengan ukuran panjang sekitar 12,5 cm. Silatan bambu ini tengahnya sebagian dikerat menjadi belahan memanjang sedemikian rupa halusnya sehingga dapat berfungsi sebagai alat penimbul getaran. Jika pangkal ujungnya ditarik dengan untaian tali yang terikat erat pada pangkal ujung tersebut, maka timbullah suara melalui proses rongga mulut sebagai ruang gema atau resonator.


Kalau akan membunyikan, Rending ini ditempatkan diantara bibir atas dan bibir bawah dengan posisi mulut setengah terbuka. Iramanya ditimbulkan dari proses permainan lidah. Lagu Rending bersifat bebas dan spontan menurut selera si pemain. Alat musik rending ini hanya dimainkan oleh satu orang tetapi kadang-kadang dapat dimainkan lebih dari satu orang.


Di Pulau Madura alat musik Rending digunakan sebagai hiburan oleh petani di desa, dimainkan saat waktu senggang di kala para petani sedang menunggu padi yang menguning. Dasar interval nada yang ditimbulkan oleh alat musik Rending ini pada dasarnya berkisar pada interval nada pentatonik slendro.



Sumber: 

BONANG (JAWA TENGAH)

 


Alat musik bonang merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam pertunjukan musik gamelan Jawa, Bali, dan Sunda.

Menilik sejarahnya, semula gamelan merupakan alat musik pukul yang melahirkan bunyi seperti gamelan.

Kemudian masuklah alat musik tiup dan gesek dengan istilah karawitan yang dilengkapi dengan vokal.

Jadi, awalnya gamelan merupakan perangkat alat musik pukul yang salah satu instrumennya adalah bonang.

Alat musik bonang dinamakan sesuai dengan bunyinya yaitu nong-nang yang juga dalam bahasa Jawa berati penunjuk arah “disitu-disini”.

Selain itu, ada juga yang mengartikannya sebagai singkatan dari bon yaitu babon dan nang yaitu penang. Arti dari ini adalah bonang sebagai induk kemenangan.

Fungsi dan bentuk bonang pun bervariasi berdasarkan jenisnya. Jika berdasarkan sejarah, perubahan bentuk bonang tak jauh berbeda, lho.


FUNGSI BONANG

Sesuai dengan asal katanya yaitu nong-nang, fungsi utamanya adalah sebagai petunjuk arah dari suatu gending atau lagu gamelan.

Termasuk di dalamnya pergantian ke gending lain, atau pengulangan gending yang sedang dibunyikan.

Melansir Roma Decase, bonang sebagai alat musik tradisional biasa digunakan untuk beberapa pertunjukkan budaya.

Alat musik bonang berasal dari daerah Jawa Tengah yang menyebabkan adanya perbedaan di setiap jenisnya.

Bonang sumber bunyinya berasal dari alat yang dipukul dengan tongkat berlapis.

Fungsi dari bonang sebagai alat musik ini mirip dengan cara kerja gamelan yang dipukul dengan nyaring.

Selain digunakan dalam adat budaya, fungsi alat musik bonang juga kerap dipakai pada zaman penjajahan.

Bonang adalah alat musik pengiring saat terjadinya perang. Alat musik bonang berbentuk seperti perunggu ini juga bagian dari adat seperti khitanan.


CARA MEMAINKAN

Alat musik bonang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh.

Untuk menghasilkan suara yang bagus, ini dimainkan dengan menggunakan menggunakan kayu yang telah dilapisi kain pada ujungnya yang disebut bindi.

Pemain bonang biasanya duduk di tengah-tengah pada sisi deretan gong yang beroktaf rendah, memegang bindi pada kedua tangannya.






Sumber: 

SARON (JAWA BARAT)

 


Saron atau biasa dikenal juga dengan ricik adalah salah satu instrumen gamelan yang masuk dalam golongan balungan atau alat musik jenis bilahan (wilahan) dari logam. Saron memiliki 6 atau 7 (1 oktaf) bilahan logam yang ditumpangkan di atas bingkai kayu yang berfungsi sebagai resonator. Biasanya ada 4 saron dalam gamelan dengan jenis laras pelog dan slendro. 

 Cara memainkan alat musik saron adalah memukul bilahan logam menggunakan tabuhan tangan kanan dan menahan bilahan yang dipukul sebelumnya menggunakan tangan kiri agar menghilangkan suara dengungan yang tersisa. Cara ini biasa disebut dengan teknik memahat atau memencet.  

JENIS JENIS SARON

1. Demung

Demung memiliki ciri berukuran paling besar dari jenis saron lainnya dan menghasilkan nada dengan oktaf tengah.

Umumnya dalam satu perangkat gamelan terdiri dari satu atau 2 demung.

Namun, khusus dalam gamelan di keraton yang memiliki lebih dari 2 demung. Demung memainkan balungan gendhing atau lagu gamelan dalam wilayahnya yang terbatas.

2. Saron Barung

Saron berukuran sedang dan beroktaf tinggi. Seperti demung, saron barung memainkan balungan dalam wilayahnya yang terbatas.

Pada teknik tabuhan imbal-imbalan, 2 saron barung memainkan lagu jalin-menjalin yang bertempo cepat.

Seperangkat gamelan mempunyai 1-2 saron barung, tetapi ada gamelan pula yang mempunyai lebih dari dua saron barung.

Suatu perangkat gamelan bisa mempunyai saron wayangan yang berbilah 9. Sesuai namanya menunjukkan saron ini dimainkan dalam ansambel mengiringi pertunjukan wayang.

3. Saron Panerus (Peking)

Saron panerus atau disebut juga saron peking memiliki oktaf yang paling tinggi dan berukuran paling kecil di antara yang lainnya.

Saron panerus memainkan tabuhan rangkap 2 atau rangkap 4 lagu balungan.

CARA MEMAINKAN

Alat musik saron dimainkan dengan cara memukul bilah-bilah agar menghasilkan susunan nada yang indah.

Saron dipukul dengan alat pemukul khusus yang disebut panakol saron. Panakol saron terbuat dari bahan kayu yang bentuknya hampir menyerupai palu.

Pemain saron duduk di tengah-tengah dan memegang panakol dengan tangan sebelah kanan.

Sambil memukul bilah-bilah saron, tangan kiri menahan getaran dari lempengan besi agar tidak bergetar atau berdengung dalam waktu yang lama.

Menekan bilah-bilah saron juga bisa dilakukan dengan menggunakan jari tengah pada tangan kiri. Teknik menekan saron ini disebut memathet atau pencet.

Terdapat beberapa cara dalam memukul atau menabuh saron, yaitu cara biasa sesuai nada, nada yang imbal dan menabuh bergantian saron yang satu dengan saron yang lainnya.

Cepat lambatnya atau keras lemahnya penabuhan tergantung dari komando kendang atau jenis gendhingnya.

Misalnya, pada gendhing gangsaran yang menggambarkan kondisi peperangan, saron ditabuh dengan keras dan cepat.

Sementara pada gendhing gati yang bernuansa militer, saron ditabuh dengan tempo lambat namun keras. Saat mengiringi sebuah lagu, saron ditabuh dengan tempo pelan dan halus.



Sumber: 

SAPE (KHAS SUKU DAYAK)

 SAPE


Sape (Sampe, Sampek, Sampeh, Sapeh) adalah sebuah alat musik tradisional dari beberapa sub suku Dayak, yang tinggal di rumah-rumah panjang di sepanjang sungai Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat dan Sarawak. 

Sape’ sendiri terdiri atas dua jenis, yang pertama yaitu Sape’ Kayaan (ditemukan oleh orang kayaan). Sape’ jenis ini memiliki 4 tangga nada dengan ciri berbadan lebar, bertangkai kecil, panjangnya sekitar 1 meter, memiliki 2 senar/tali dari bahan pelastik. Sedangkan yang kedua yaitu Sape’ Kenyah (ditemukan oleh orang kenyah). Sape’ jenis ini; berbadan kecil memanjang, pada bagian ujungnya berbentuk kecil dengan panjang sekitar 1,5 meter, memiliki tangga nada 11-12 dan talinya berasal dari senar gitar atau dawai yang halus tiga sampai 5 untai.


Dari kedua jenis Sape’ ini, Sape’ Kenyah adalah yang paling populer. Hal ini dikarenakan irama dan bunyi lantunannya dapat membawa pendengar serasa di awang-awang. Dahulu ketika malam tiba, perlahan anak muda mulai memainkannya. Jalan ataupun rumah betang (rumah komunal masyarakat dayak) yang membuat pemilik rumah tertidur pulas menikmatinya.


1. Asal Usul

Asal usul Sape adalah daripada Usun-Apau, Sarawak, Malaysia di mana asal usul Kaum Kenyah. Kemudian, Sape ini dikembangkan kepada suku-suku Orang Ulu yang lain seperti Kayan. 

Alat musik tradisional sape berasal dari kisah seorang yang terdampar di Pulau Karangan, sebuah pulau kecil di tengah Sungai Kapuas Hulu, Kalimantan. 

Saat tertidur, ia mendengar suara alat musik petik yang indah dari dasar sungai. Ia kemudian pulang ke rumah dan mencoba membuat alat musik yang menyerupai perahu, yang saat ini dikenal dengan nama sape.


2. Proses Pembuatan 

Sape dibuat sesuai dengan tradisi dan nilai-nilai budaya suku Dayak, yaitu Sape dibuat menyerupai perahu dan diukir dengan motif khas suku Dayak. 

Dawai yang digunakan awalnya terbuat dari rotan atau ijuk pohon aren. Dalam perkembangan zaman, dawai Sape diganti menggunakan kawat rem sepeda atau senar gitar. 

Bagian dasar Sape terbuat dari rotan dan sebagai penempel grid Sape menggunakan sarang kelulut (sarang lebah kecil).

Sape diukir dari sebuah batang kayu tunggal, dengan beberapa alat musik berukuran mencapai lebih dari semeter. 

Berbagai jenis jumlah dawai yang dimiliki Sape, ada yang antara empat sampai enam. Selain itu, ada pula Sape yang berdawai dua, jenis ini disebut Sape’ Karaang yang biasa digunakan untuk mengiringi tari-tari yang memiliki gerakan menghentak.


3. Cara memainkan

Alat musik tradisional khas Kalimantan mirip dengan gitar yang memiliki dawai dan dimainkan dengan cara dipetik. 

Alunan yang keluar dari alat musik ini sangat indah. Hal yang menarik lagi dari Sape adalah bisa dikolaborasikan dengan alat musik modern, seperti gitar, bass, drum dan keyboard

Alat Musik Sape tersebar di wilayah Samarinda, Malinau, Kutai Barat dan Mahakam Ulu ini, dapat terbagi menjadi dua nada yakni Tubunsitun dan Sakpakok. Nada Tubunsitun biasanya memiliki tempo yang lambat dan menghasilkan nada yang khas. Sementara, Sakpakok memiliki nada yang lebih cepat dan dinamis. 


4. Fungsi

Sape biasa dimainkan untuk mengiringi berbagai tari khas Dayak pada perayaan-perayaan kesenian yang penuh dengan kegembiraan. Tidak hanya itu, Konon dulunya alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi proses pengobatan seseorang yang terserang penyakit.

Album Sape diproduksi di Studio LUH Production di Sarawak dan memiliki album musik tradisi terbanyak seterusnya menjadi catatan sejarah buat Sape. Di Indonesia, Sape dipopulerkan oleh Uyau Moris, Thambunesia, Baby Borneo dan seniman lokal Kalimantan lainnya.

Alat musik ini berjaya dibangunkan oleh Tusau Padan dan dipopularkan oleh artis-artis dari Sarawak, Malaysia seperti Alena Murang, Jerry Kamit, At Adau, Sada Borneo dan Tuku Kame' ke peringkat luar seperti Portugal, Amerika dan China. 




Sumber:

SERUNAI (BENGKULU)

 SERUNAI


          Serunai Bengkulu adalah alat musik tiup tradisional dari masyarakat Suku Pekal di Kabupaten Mukomuko. Alat musik ini hanya dimainkan oleh satu orang. 

          Bahan pembuatannya adalah bambu yang tumbuh di tepi sungai. Bambu yang dipilih harus tipis, mudah diolah dan bersuara nyaring. Bambu ini kemudian dibagi menjadi 9 ruas, disatukan dan diberi 5 lubang. Serunai Bengkulu menghasilkan 6 suara yang berbeda pada tiap tiupan lubang. 


1. Proses Pembuatan Serunai

          Serunai atau Sunai terbuat dari bambu kapa atau telang kapa yang hidup di tepi sungai. Karena tekstur bambu tersebut lebih tipis, mudah untuk diolah, dan menghasilkan suara yang lebih nyaring. Bambu yang dipakai harus dari satu jenis dan tidak boleh dicampur dengan jenis lain.

          Bambu yang dipilih selanjutnya dipotong menjadi 9 ruas dan dibentuk sesuai dengan ukuran masing-masing sehingga bisa disambung menjadi satu. Serunai yang telah selesai dan diberi lubang selanjutnya dilakukan ritual dengan membakar kemeyan dan membaca mantra agar menghasilkan suara yang baik dan terhindar dari gangguan roh halus. 

          Selesai bambu serunai lalu dipasang anak sunai yang terbuat dari daun kelapa dan bulu ayam sebagai penghasil suara. Suara yang dihasilkan sunai belum bisa dibuat dalam tangga nada karena suara yang dihasilkan sangat khas dan hanya terdiri 6 variasi suara yang dihasilkan dengan menutup dan membuka 5 lubang pada serunai. 

          Tidak adanya standar suara yang dihasilkan, maka mempelajari serunai tidak bisa dilakukan dengan teori tetapi dengan praktik. Dengan cara ini, setiap pemain harus memiliki kemahiran dalam menghafal jenis suara yang dihasilkan pada saat lubang ditutup atau dibuka sehingga mampu membuat variasi suara sesuai lagu. 


2. Kemahiran yang Harus Dimiliki Pemain Serunai atau Sunai:

  • mampu memilih bambu yang baik untuk dijadikan bahan Serunai atau Sunai
  • mampu membuat Serunai atau Sunai dengan standar suara yang khas Serunai atau Sunai
  • mampu menghafal jenis suara yang dihasilkan sehingga dapat dikombinasikan dalam mengiringi lagu 
  • mampu mengolah pernafasan selama memainkan Serunai atau Sunai 
  • mampu tampil dengan baik pada saat pertunjukan


3.  cara memainkan alat musik serunai :
  1. Pegang serunai dengan tangan kiri di bagian atas dan tangan kanan di bagian bawah. Letakkan tangan kiri pada lubang jari atas dan jari-jari kanan pada lubang jari bawah. Pastikan jari-jari menutupi lubang-lubang dengan rapat.
  2. Duduk dengan tegak dan nyaman. Pastikan tubuh rileks dan tidak tegang saat memainkan serunai. Posisikan serunai sejajar dengan tubuh.
  3. Pelajari Teknik Pernapasan yang Tepat. Serunai membutuhkan pernapasan yang baik. Ambil napas dalam melalui hidung, isi paru-paru dengan udara, dan hembuskan secara perlahan melalui mulut saat memainkan serunai. Perhatikan bahwa napas harus stabil dan konsisten untuk menghasilkan suara yang baik.
  4. Pelajari nada dasar dan skala yang umum digunakan dalam musik serunai. Mulailah dengan memahami dan berlatih memainkan nada-nada dasar seperti do, re, mi, fa, sol, la, si, dan do.
  5. Tekan bibir ke serunai dan buatlah celah kecil di antara bibir dan gigi. Melalui celah itu, tiupkan udara dengan tekanan yang konsisten dan kontrol yang baik untuk menghasilkan suara yang jelas dan stabil
  6. Latih kemampuan untuk mengontrol jari-jari saat menutup dan membuka lubang-lubang serunai dengan tepat. Pastikan jari-jari menutup lubang-lubang dengan rapat agar suara yang dihasilkan jelas dan tidak terdengar cacat.
  7. Latihan Rutin


4. Fungsi Serunai:
  • Mengiringi acara adat, seperti upacara perkawinan, penghulu, atau Batagak Pangulu
  • Mengiringi pertunjukan pencak silat Minang
  • Dimainkan secara bebas, seperti saat memanen padi atau bekerja di ladang



Sumber:

Rabu, 08 Januari 2025

KENONG BASEMAH (SUMATERA SELATAN)

 KENONG BASEMAH



          Kenong Basemah merupakan alat musik tradisional khas dari suku Basemah di Sumatra Selatan. Alat musik ini termasuk dalam jenis perkusi dan biasanya terbuat dari bahan logam atau perunggu. Bentuknya menyerupai gong kecil yang diletakkan secara horizontal di atas tali penyangga dalam sebuah kotak kayu. 

  • ASAL-USUL DAN SEJARAH 
Berasal dari daerah Pegunungan Basemah yang meliputi wilayah Pagar Alam, Lahat, dan sekitarnya di Sumatra Selatan.

Nama "Kenong" merujuk pada bentuk dan fungsinya yang mirip dengan kenong dalam gamelan Jawa, tetapi dengan ciri khas lokal yang unik.

Alat musik ini telah digunakan selama ratusan tahun dalam berbagai acara adat dan memiliki nilai sakral serta simbolis bagi masyarakat Basemah.

  • BAHAN PEMBUATAN 
Dibuat dari logam seperti kuningan, perunggu, atau tembaga.

Bagian atas memiliki tonjolan (pencu) di tengah, yang menjadi titik pukul untuk menghasilkan suara.

Kerangka atau dudukan kenong biasanya terbuat dari kayu yang diukir dengan indah dan disusun horizontal dengan tali atau bantalan.

  • BENTUK DAN STRUKTUR 
Bentuk: Seperti gong kecil dengan tonjolan di bagian tengahnya (pencu).

Ukuran: Biasanya berukuran lebih kecil dibandingkan dengan gong besar dan disusun berjejer di atas dudukan khusus.

Susunan: Bisa terdiri dari beberapa kenong dengan nada yang berbeda, tergantung kebutuhan musik yang dimainkan.
 

  • CARA MEMAINKAN 

Untuk memainkan Kenong Basemah, pemain menggunakan kepala pemukul khusus yang terbuat dari kayu atau logam. Kepala pemukul tersebut digunakan untuk memukul permukaan kenong, yang terbuat dari logam seperti timah. Ketika dipukul, kenong menghasilkan suara yang bergetar dan bergema.

Kenong Basemah biasanya dimainkan dalam ansambel gamelan sebagai salah satu instrumen pokok. Kenong Basemah memiliki fungsi penting dalam musik gamelan, karena dapat menghasilkan suara yang nyaring dan jelas, serta memberikan warna dan karakteristik khusus pada musik gamelan.

Untuk memainkan Kenong Basemah, pemain perlu menguasai teknik memukul yang tepat dan dilakukan dengan kekuatan yang tepat pula. Pemukulan yang kurang tepat dapat menghasilkan suara yang tidak harmonis dan tidak sesuai dengan musik yang dimainkan.


  • FUNGSI DAN PERAN DALAM BUDAYA BASEMAH 
a. Pengiring Upacara Adat
Digunakan dalam acara adat seperti pernikahan, khitanan, dan upacara penyambutan tamu penting.
Suara kenong dipercaya membawa kedamaian dan keberkahan dalam prosesi adat.

b. Pengiring Tari Tradisional
Mengiringi tarian tradisional suku Basemah seperti Tari Tanggai dan Tari Serampang Dua Belas. Memberikan irama yang dinamis dan melengkapi gerakan tari.

c. Simbol Status Sosial
Dahulu, hanya keluarga bangsawan atau tokoh adat yang memiliki dan memainkan Kenong Basemah.
Alat musik ini dianggap sebagai lambang kehormatan dan kebesaran keluarga pemiliknya.

d. Komunikasi Tradisional
Pada masa lalu, suara kenong sering digunakan untuk menyampaikan pesan penting atau tanda bahaya di komunitas lokal.


Kesimpulan
Dengan keunikan suara yang dimiliki dan peran pentingnya dalam musik gamelan, Kenong Basemah menjadi instrumen musik yang menarik untuk dipelajari dan dimainkan. Bagi pecinta musik tradisional Indonesia, mempelajari cara memainkan Kenong Basemah bisa menjadi pengalaman yang memperkaya pengetahuan dan keterampilan musik.

Jika Anda tertarik untuk mendalami musik tradisional Indonesia, terutama musik gamelan, mengenal Kenong Basemah adalah langkah yang baik. Dengan latihan dan dedikasi yang cukup, Anda bisa menghasilkan suara yang harmonis dan memukau saat memainkan Kenong Basemah. Jangan ragu untuk memilih Kenong Basemah yang berkualitas untuk mendapatkan pengalaman musik yang optimal.

Jadi, ayo mulai jelajahi dunia musik tradisional Indonesia dan dapatkan Kenong Basemah untuk menikmati keindahan musik gamelan secara langsung!





Sumber:

ARAMBA (SUMATERA UTARA)

ARAMBA

         

          Aramba atau Arumba adalah alat musik tradisional yang berasal dari Kabupaten Nias, Sumatera Utara. Alat musik ini dipakai oleh warga setempat dalam acara kesenian daerah, seperti penikahan. 

          Aramba terbuat dari tembaga, kuningan, suasa dan nikel. Alat ini dimainkan oleh satu orang. Alat musik ini juga diyakini mempunyai nilai keramat alias mistis oleh warga Nias.

          Aramba memiliki bentuk lingkaran dengan tonjolan kecil berbentuk lingkaran pada bagian tengahnya. Alat musik ini biasanya digantungkan dengan tali pada sebuah palang horizontal. Aramba mempunyai jenis bunyi ideofon, yaitu bunyi yang berasal dari bahan dasarnya.


1. Sejarah

Jika ditelaah dari sejarah alat musik Aramba, alat musik ini merupakan hasil pertukaran budaya dari Jawa. Hal ini diperkuat dengan bentuk dari alat Aramba yang seperti gong. Namun, sejarah ini masih menjadi perdebatan dan perlu adanya pengkajian ulang.


2. Bentuk dan Bunyi

          Aramba memiliki bentuk lingkaran dengan tonjolan kecil berbentuk lingkaran pada bagian tengahnya. Alat musik ini biasanya digantungkan dengan tali pada sebuah palang horizontal. Aramba mempunyai jenis bunyi ideofon, yaitu bunyi yang berasal dari bahan dasarnya.

          Alat musik ini memiliki dua jenis ukuran, yaitu ukuran kecil dan besar. Aramba yang memiliki ukuran kecil biasanya disebut dengan Fatao dengan diameter 40–50 cm. Sedangkan Aramba dengan ukuran yang besar biasanya disebut dengan Hongo dengan diameter 60–90 cm.


3. Klasifikasi Instrumen

          Dari jenisnya Aramba bisa masuk pada klasifikasi alat musik, alat musik aramba tergolong alat musik elemen tanah pada klasifikasi elemen, yang maknanya bunyi yang dikeluarkan dari benda padat. Klasifikasi sumber suara termasuk pada getaran dari instrumen itu sendiri.

       

4. Cara Memainkan

          Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dengan menggunakan suatu alat yang terbuat dari kayu dan dibentuk sedemikian rupa. Bagian tengah menonjol pada Aramba yang biasanya dipukul. Tidak hanya itu, apabila bagian sisi-sisinya dipukul, alat musik ini juga bisa menghasilkan suara yang berbeda. Namun Aramba tidak menjadi alat musik penentu dalam pagelaran musik, sehingga Aramba harus dimainkan selaras dengan alat musik lainnya. Jika tidak bisa menyesuaikan, maka suara alat musik ini menjadi tidak seirama dan tidak enak didengar.


5. Fungsi

          Fungsi alat musik ini selain sebagai alat komunikasi dalam masyarakat juga dipakai sebagai alat musik tradisional untuk berbagai kegiatan seperti musik pengiring saat upacara menanam dan memanen padi. Selain itu, Aramba juga menjadi alat musik pengiring beberapa acara, seperti acara perkawinan, kematian, dan sebagainya.



Sumber:

SERUNE KALEE (NANGGROE ACEH DARUSSALAM)

 SERUNE KALEE


          Serune kale merupakan alat music tiup tradisional Aceh. Serune kale dikelompokkan dalam instrument tiup jenis aerofone, yang sumber bunyinya dari aeroa tau udara dengan cara ditiup. Instrumen ini mempunyai lidah (rief) untuk sumber bunyi, terdiri dari empat helai daun lontar yang telah dikeringkan.

          Konsep penciptaan pada karya ini mengkreasikan bentuk daun sirih sebagai penghias pada serunekalee, yang diterapkan pada bagian bodi. Penciptaan karya melalui tiga tahapan eksplorasi, perancangan dan perwujudan. Landasan penciptaan pada karya ini adalah teori bentuk, fungsi, estetis dan kreasi.

          Karya serunekalee yang diciptakan menggunakan bahan berupa kayu nangka dan andalas. Penciptaan karya ini menggunakan dua alat yaitu manual dan mesin. Teknik yang dipakai dalam penggarapan karya menggunakan teknik bubut, raut, ukir relief dan ukir sedang. Finishing yang diaplikasikan antara lain batik tulis, pyrography dan melamin system.Karya yang diciptakan berjumlah sepuluh karya, keseluruhannya karya fungsional berupa alat music tiup serunekalee. Sehingga hasil karya yang diciptakan mengandung nilai estetis dan nilai kebaharuan pada visualnya.


  • Sejarah dan Asal-Usul Serune Kalee

          Serune Kalee diyakini sudah ada sejak masa kerajaan-kerajaan Islam di Aceh dan memiliki pengaruh dari budaya Timur Tengah dan India. Nama Serune Kalee berasal dari kata "Serune" yang berarti serunai atau alat musik tiup, dan "Kalee" yang merujuk pada daerah asalnya, yaitu di sekitar wilayah Aceh Besar dan Pidie. Alat musik ini sering dimainkan dalam berbagai acara seperti upacara adat, pernikahan, hingga perayaan keagamaan.



  • Bentuk Serune Kalee

Wujud dan bentuk peralatan ini seperti pentungan, bulat, dan lurus mulai dari batas atas (mondstuk) hingga ke bagian bawah (bell). Bagian atas peralatan ini kecil dan membesar di bagian bawahnya. Di bagian badan atau tubuh terdapat lubang-lubang sebagai tempat memainkan nada yang diinginkan. Peralatan ini mempunyai warna dasar hitam, hal ini kemungkinan disebabkan oleh terlalu banyak dipegang atau memang warna dasar kayu yang dibuat untuk peralatan ini berwarna hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.


Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Serune kalee yang terbuat dari kayu, bagian pangkal kecil serta di bagian ujungnya besar menyerupai corong. Di bagian pangkal terdapat piringan penahan bibir peniup yang terbuat dari kuningan yang disebut perise. Serune kalee ini mempunyai 7 buah lobang pengatur nada. Selain itu terdapat lapis kuningan serta 10 ikatan dari tembaga yang disebut klah (ring) serta berfungsi sebagai penga- manan dari kemungkinan retak/pecah badan serune tersebut. Alat ini biasanya digunakan bersama genderang clan rapai dalam upacara-upacara maupun dalam mengiringi tarian-tarian tradisional.


Corak suara yang dihasilkan oleh peralatan ini adalah suara yang sengau (bindeng), serak (roco), tajam, dinamis, dan mendatangkan semangat ketika mendengarnya. Suara alat ini bisa terdengar hingga jauh tanpa menggunakan pengeras suara. Mungkin kerasnya suara yang dihasilkan oleh peralatan dikarenakan bahan baku pembuat Serune yang tua, keras, dan ringan (Z. H. Idris, 1993: 51).


Pada peralatan ini tidak ada ornamen atau hiasan yang mencolok. Hanya berupa ukiran pada badan Serune Kalee. Ukiran ini tergurat dalam bentuk lurus mengelilingi badan Serune Kalee agar Serune Kalee tampak indah dan terkesan canggih. Pada bagian atas dekat mondstuck terdapat sebuah ring yang berfungsi sebagai pengaman agar peralatan ini tidak mudah retak. Selain itu, ring juga difungsikan sebagai hiasan. Bagian bell kadang dilapisi dengan plat perak yang diberi sedikit ukiran. Tidak ada makna secara simbolis untuk ukiran ini. Bila peralatan ini kita balik dengan bagian atas berada di bawah akan terlihat seperti sebuah pentungan atau pemukul beduk.


  • Cara Memainkan Serune Kalee

  1. Teknik Tiupan: Pemain meniup lubang pada bagian pangkal serune dengan teknik pernapasan sirkular (circular breathing), yaitu menghirup udara sambil tetap meniup alat musik untuk menghasilkan suara yang berkelanjutan.
  2. Jari pada Lubang Nada: Serune Kalee memiliki beberapa lubang nada yang diatur dengan menutup dan membuka lubang menggunakan jari untuk menghasilkan nada yang berbeda.
  3. Koordinasi dengan Alat Musik Lain: Biasanya dimainkan bersama alat musik seperti Rapai, Gendang, dan Geundrang untuk menghasilkan harmonisasi musik tradisional yang indah


  • Fungsi dan Peran Serune Kalee dalam Budaya Aceh
  1. Musik Pengiring Tarian Tradisional: Mengiringi Tari Seudati dan Tari Saman.
  2. Acara Adat dan Keagamaan: Digunakan dalam upacara pernikahan, khitanan, dan acara keagamaan lainnya.
  3. Sarana Hiburan Masyarakat: Menjadi bagian penting dari pertunjukan seni tradisional.



Sumber:


Minggu, 05 Januari 2025

SALUANG (SUMATERA BARAT)

SALUANG


Saluang adalah alat musik tiup tradisional khas Minangkabau, Sumatera Barat yang terbuat dari bambu. Alat musik tiup ini terbuat dari bambu tipis atau talang (Schizostachyum brachycladum Kurz).


1. PROSES PEMBUATAN SALUANG

          Alat ini lebih sederhana pembuatannya dibandingkan dengan suling, cukup dengan melubangi talang dengan empat lubang. Panjang saluang kira-kira 40–60 cm, dengan diameter 3–4 cm. Orang Minang percaya bahwa bahan yang paling bagus untuk dibuat saluang berasal dari talang untuk jemuran kain atau talang yang ditemukan hanyut di sungai.

         Adapun kegunaan lain dari talang adalah wadah untuk membuat lamang (lemang), salah satu makanan tradisional Minangkabau. Pada saat pembuatan saluang, pertama-tama harus menentukan bagian atas dan bawahnya terlebih dahulu untuk menentukan pembuatan lubang.

          Bagian atas saluang merupakan bagian bawah ruas bambu. Bagian atas saluang diserut untuk dibuat meruncing sekitar 45 derajat sesuai ketebalan bambu. Untuk membuat 4 lubang pada alat musik tradisional saluang ini mulai dari ukuran 2/3 dari panjang bambu, yang diukur dari bagian atas, dan untuk lubang kedua dan seterusnya berjarak setengah lingkaran bambu. Ukuran diamater lubang agar menghasilkan suara yang bagus adalah sekitar 0,5 cm.



2. TEKNIK MEMAINKAN SALUANG

          Keutamaan para pemain saluang ini adalah dapat memainkan saluang dengan meniup dan menarik napas bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal dari akhir lagu tanpa putus. Cara pernapasan ini dikembangkan dengan latihan yang terus menerus. Teknik ini dinamakan juga sebagai teknik manyisiahan angok (menyisihkan napas). Teknik juga ini disebut sebagai circular breathing yang juga digunakan untuk memainkan alat musik tiup zurna yang dimainkan oleh masyarakat Armenia, Asia Barat dan Utara Afrika.



3. JENIS JENIS LAGU SALUANG

          Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan cara meniup saluang, sehingga masing-masing nagari memiliki ciri khas tersendiri. Contoh dari ciri khas itu adalah Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Lintau, Koto Tuo, Suayan, Indang Cerenti dan Pauah. Ciri khas Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu.

          Saluang juga dibawakan dengan nada-nada dan buah lagu sedih yang disebut ratok (ratap) seperti yang Ratok Solok, dari daerah Solok dan Ratok Cupak Ambiak Lado. Irama sedih karena berisi tentang kesulitan hidup yang dialami sehari-hari.

          Konon, dahulu jika ada yang sedang berduka dilarang mengikuti atau menyaksikan acara musik saluang dengan irama ratok karena bisa membuat mereka makin sedih. Irama ratok dari nagari lain contohnya adalah Ratok Paninggahan, Ratok Koto Tuo, Ratok Kamang, Ratok Taram, Ratok Koto Gadang,  Ratok Banda Sapuluah dan sebagainya.

          Saluang diiringi dengan gendang menjadikan musik ini berirama riang hingga disebut sebagai Saluang Dangdut. Sebenarnya saluang dengan iringian gendang ini sudah lama ada seperti yang dibawakan oleh Misramolai, tapi istilah dangdut ini baru muncul belakangan. Saluang dangdut ini karena riang gembira lebih disukai anak-anak muda dibandingkan dengan saluang klasik yang berirama dan berisikan buah dendang sedih. Acara saluang dengan iringan musik modern sering muncul dalam pesta perkawinan di Sumatera Barat.




Sumber:

Link materi relevan

alat musik daerah   saluang serunee kalee https://www.gramedia.com/literasi/alat-musik-bonang/?srsltid=AfmBOoolew51E-Tdgd9-v1nOg4Uy3J6jZyeyO...