SAPE
Sape (Sampe, Sampek, Sampeh, Sapeh) adalah sebuah alat musik tradisional dari beberapa sub suku Dayak, yang tinggal di rumah-rumah panjang di sepanjang sungai Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat dan Sarawak.
Sape’ sendiri terdiri atas dua jenis, yang pertama yaitu Sape’ Kayaan (ditemukan oleh orang kayaan). Sape’ jenis ini memiliki 4 tangga nada dengan ciri berbadan lebar, bertangkai kecil, panjangnya sekitar 1 meter, memiliki 2 senar/tali dari bahan pelastik. Sedangkan yang kedua yaitu Sape’ Kenyah (ditemukan oleh orang kenyah). Sape’ jenis ini; berbadan kecil memanjang, pada bagian ujungnya berbentuk kecil dengan panjang sekitar 1,5 meter, memiliki tangga nada 11-12 dan talinya berasal dari senar gitar atau dawai yang halus tiga sampai 5 untai.
Dari kedua jenis Sape’ ini, Sape’ Kenyah adalah yang paling populer. Hal ini dikarenakan irama dan bunyi lantunannya dapat membawa pendengar serasa di awang-awang. Dahulu ketika malam tiba, perlahan anak muda mulai memainkannya. Jalan ataupun rumah betang (rumah komunal masyarakat dayak) yang membuat pemilik rumah tertidur pulas menikmatinya.
1. Asal Usul
Asal usul Sape adalah daripada Usun-Apau, Sarawak, Malaysia di mana asal usul Kaum Kenyah. Kemudian, Sape ini dikembangkan kepada suku-suku Orang Ulu yang lain seperti Kayan.
Alat musik tradisional sape berasal dari kisah seorang yang terdampar di Pulau Karangan, sebuah pulau kecil di tengah Sungai Kapuas Hulu, Kalimantan.
Saat tertidur, ia mendengar suara alat musik petik yang indah dari dasar sungai. Ia kemudian pulang ke rumah dan mencoba membuat alat musik yang menyerupai perahu, yang saat ini dikenal dengan nama sape.
2. Proses Pembuatan
Sape dibuat sesuai dengan tradisi dan nilai-nilai budaya suku Dayak, yaitu Sape dibuat menyerupai perahu dan diukir dengan motif khas suku Dayak.
Dawai yang digunakan awalnya terbuat dari rotan atau ijuk pohon aren. Dalam perkembangan zaman, dawai Sape diganti menggunakan kawat rem sepeda atau senar gitar.
Bagian dasar Sape terbuat dari rotan dan sebagai penempel grid Sape menggunakan sarang kelulut (sarang lebah kecil).
Sape diukir dari sebuah batang kayu tunggal, dengan beberapa alat musik berukuran mencapai lebih dari semeter.
Berbagai jenis jumlah dawai yang dimiliki Sape, ada yang antara empat sampai enam. Selain itu, ada pula Sape yang berdawai dua, jenis ini disebut Sape’ Karaang yang biasa digunakan untuk mengiringi tari-tari yang memiliki gerakan menghentak.
3. Cara memainkan
Alat musik tradisional khas Kalimantan mirip dengan gitar yang memiliki dawai dan dimainkan dengan cara dipetik.
Alunan yang keluar dari alat musik ini sangat indah. Hal yang menarik lagi dari Sape adalah bisa dikolaborasikan dengan alat musik modern, seperti gitar, bass, drum dan keyboard
Alat Musik Sape tersebar di wilayah Samarinda, Malinau, Kutai Barat dan Mahakam Ulu ini, dapat terbagi menjadi dua nada yakni Tubunsitun dan Sakpakok. Nada Tubunsitun biasanya memiliki tempo yang lambat dan menghasilkan nada yang khas. Sementara, Sakpakok memiliki nada yang lebih cepat dan dinamis.
4. Fungsi
Sape biasa dimainkan untuk mengiringi berbagai tari khas Dayak pada perayaan-perayaan kesenian yang penuh dengan kegembiraan. Tidak hanya itu, Konon dulunya alat musik ini juga digunakan untuk mengiringi proses pengobatan seseorang yang terserang penyakit.
Album Sape diproduksi di Studio LUH Production di Sarawak dan memiliki album musik tradisi terbanyak seterusnya menjadi catatan sejarah buat Sape. Di Indonesia, Sape dipopulerkan oleh Uyau Moris, Thambunesia, Baby Borneo dan seniman lokal Kalimantan lainnya.
Alat musik ini berjaya dibangunkan oleh Tusau Padan dan dipopularkan oleh artis-artis dari Sarawak, Malaysia seperti Alena Murang, Jerry Kamit, At Adau, Sada Borneo dan Tuku Kame' ke peringkat luar seperti Portugal, Amerika dan China.
Sumber:
🤩🔥
BalasHapus🙌🔥🔥🔥🔥
BalasHapus